Senin, 08 Maret 2010

Benarkan manusia terbuat dari tanah?

Dari tanah kembali ke tanah. Itulah kalimat yang biasanya kita dengar untuk menggambarkan kematian seorang manusia. Manusia selalu dikatakan terbuat dari tanah.

Benarkan demikian?

Tubuh manusia sejatinya memiliki kandungan cairan yang sangat mendominasi tubuhnya. Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, mulai dari darah, pelapis atau pelindung antar anggota tubuh, enzim-enzim yang dihasilkan, hingga proses-proses akhir seperti hasil pembakaran energi berupa keringat atau urine yang merupakan hasil dari pembersihan tubuh.

Begitu dominan dan pentingnya cairan dari tubuh manusia, sampai-sampai manusia bisa bertahan lebih lama hidup hanya dengan air jika dibandingkan bertahan hidup hanya dengan makanan.

Manusia bisa bertahan lebih dari 3 hari jika hidup hanya dengan meminum air, tetapi manusia tidak bisa hidup lebih dari 3 hari jika hanya dengan makanan. Organ tubuh terpenting kita yaitu otak, yang mengendalikan segala fungsi tubuh, sangat memerlukan air, jika kekurangan maka dia akan mengambil pasokan air dari bagian tubuh lainnya. Dari sini kemudian akan terjadi yang biasanya disebut dehidrasi, yang jika dibiarkan akan dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian.

Tubuh manusia pun akan panas jika kekurangan pasokan air, ini sama seperti mesin yang kekurangan oli. Tidak dapat bekerja maksimal karena tidak adanya pelumas untuk menjalankan fungsi-fungsinya.

Bahkan ketika meninggal, tubuh manusia sebagiannya akan terurai oleh bakteri dan bagian lainnya akan menjadi mineral yang bisa larut atau menyatu kedalam tanah.

Jika melihat fakta-fakta diatas, maka perkataan yang pernah dikatakan oleh Thales (salah satu tokoh filsafat dari abad ke 6 SM) yaitu "semua berasal dari air dan semua kembali menjadi air" bisa menunjukan suatu kebenaran.

Apakah mungkin kata tanah yang kita jumpai pada kitab suci hanya berupa penggambaran yang ternyata esensinya adalah bukan tanah seperti yang kita ketahui? Didalam kitab suci juga dijelaskan bahwa manusia tercipta dari Air mani (sperma) yang kemudian bertemu dengan sel telur.

Maka kemudian dimana letak "tanah" tersebut? Apakah mungkin para tokoh agama yang mengajarkan bahwa manusia terbuat dari tanah telah melakukan kesalahan mendasar dalam mengerti sebuah penciptaan manusia? Bahwa sesungguhnya manusia yang tercipta dari tanah itu hanya berlaku bagi penciptaan umat manusia pada awalnya?

Adam dan hawa yang kita ketahui sebagai manusia pertama yang diciptakan. Pada saat penciptaan mereka, jelas sekali bahwa tidak ada pertemuan antara sel sperma dan sel telur, maka untuk mewujudkan dan menciptakan manusia pertama kali dibuatlah dari tanah yang kemudian ditiupkan ruh. Yang baru setelah adam dan hawa diturunkan ke bumi mereka kemudian mempunyai keturunan melalui proses pertemuan sprema dan sel telur.

Jika benar bahwa kalimat "manusia tercipta dari tanah" itu hanyalah gambaran untuk menceritakan penciptaan manusia pada pertama kali (adam dan hawa) maka tokoh-tokoh agama kita yang selama ini menceritakan bahwa manusia tercipta dari tanah yang berlaku untuk semua manusia harus di hentikan. Bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar yang mendasar dalam mengartikan dan mencermati apa yang disampaikan oleh kitab suci.

Dari fakta-fakta diatas, masihkah kita menyebut diri kita, manusia, tercipta dari tanah?!

• Posted using BlogPress from my iPhone 3GS

1 komentar:

Alay Qid mengatakan...

pembahasan menarik, brader.. sayang terlalu ringkas..hehe

salam takzim :)